
YOGYAKARTA, JOGNEWS.COM -- Kesadaran berasuransi kesehatan mengalami peningkatan di masa pandemi Covid-19. Namun nasabah yang baru mendaftarkan tidak bisa langsung bisa menikmati manfaat asuransi kesehatan. Sebab asuransi kesehatan merupakan perencanaan keuangan dalam jangka panjang.
Luile Retno Sawitri, Head of Corporate Communication & Event Management AXA Mandiri megemukakan hal tersebut pada Diskusi Media dengan tema ‘Sinergi Menumbuhkan Sektor Pariwisata Pasca Pandemi’ melalui virtual atau Daring, Selasa (17/11/2020). Diskusi ini juga menghadirkan Marlina Handayani, Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Dr Siswanto SpP, dokter spesialis paru dan anggota Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (RSA UGM).
Lebih lanjut Retno Sawitri mengatakan selama ini masyarakat lebih peduli terhadap asuransi kendaraan bermotor, khususnya mobil. Sebab mereka merasa ketakutan akan kerusakan atau kehilangan mobil akibat kecelakaan atau terjadi pencurian. Sedang orang yang menyetir mobil tidak diasuransikan.
Namun seiring dengan meluasnya Covid-19, kesadaran berasuransi jiwa mengalami peningkatan. “Berdasarkan data tahun 2019, klaim asuransi AXA Mandiri lebih dari 1 juta nasabah. Sedang khusus untuk Yogyakarta mencapai 27.000-an baik asuransi konvensional dan syariah,” kata Retno Sawitri.
Sedang Marlina Handayani mengatakan Dinas Pariwisata DIY tidak menutup seluruh destinasi wisata. Saat ini, Dinas Pariwisata DIY sudah melakukan pembukaan destinasi wisata secara bertahap. Pembukaan dilakukan melalui ujicoba terbatas yang melibatkan pengelola destinasi dan sejumlah pengunjung.
“DIY memiliki 139 destinasi wisata. Sudah ada 93 destinasi wisata yang melakukan ujicoba terbatas. Bahkan 26 di antaranya sudah menggunakan Reservasi Online Visiting Jogja,” kata Marlina.
Sementara Dr Siswanto SpP mengatakan untuk berkunjung ke tempat-tempat wisata wajib menggunakan masker, menjaga jarak dengan pengunjung lain, mencuci tangan dengan sabun atau 3M. Masker yang baik adalah masker yang bisa terbuat dari kain minimal dua lapis. Sedang jarak dengan pengunjung minimal dua meter.
Menurut Siswanto, di tempat wisata hal yang paling berbahaya ketika bertemu dengan orang tanpa gejala (OTG). Sebab OTG ini tampak sehat dan bisa berwisata. “OTG dapat menularkan kepada pengunjung destinasi wisata. Jika orang yang tertular daya tahan tubuhnya lemah maka bisa tertular dan butuh perawatan,” kata Siswanto.
Selain 3M, kata Siswanto, bagi warga masyarakat yang kepengin wisata harus memiliki daya tahan tubuh kuat. Cara memiliki daya tahan tubuh kuat di antaranya, kecukupan gizi, berolahraga di outdoor, dan berjemur.
Kemudian tempat menginap, jelas Siswanto, memilih hotel atau penginapan yang memiliki ventilasi udara atau Air Changes per Hours (ACH) yang cukup. “Untuk kamar tidur ACH-nya 2-4. Ruang pertemuan minimal ACH-nya 6. Semoga kedepan ACH ini menjadi bahan untuk promosi pelaku wisata,” kata Siswanto.